Looking For Anything Specific?

Header Ads

“SYUKUR” DALAM HIDUP



Dalam kehidupan sehari-hari, tentu kita pernah mengucapkan rasa “syukur” kita kepada Sang Pencipta kehidupan ini. Dalam keadaan apapun, sudah sepantasnyalah kita mengucap syukur karena semua yang diberikan Tuhan merupakan anugerah yang pada akhirnya akan membawa hikmah bagi kehidupan kita sendiri. Seringkali kita merasakan kedekatan dengan Yang Kuasa hanya disaat kita  terkena musibah dan terpuruk. Pada saat itulah kita baru ingat Tuhan, dan baru menyadari bahwa Tuhanlah yang berkuasa di jagad raya ini hingga akhirnya kita memohon ampun dan perlindungan atas segala hal buruk yang menimpa diri kita. Namun, pada saat kita diberikan kelimpahan, terkadang kita jarang ingat Tuhan, bahkan cenderung mengesampingkan-Nya sebagai Yang Maha Agung di Alam raya ini. Oleh karena itu, syukur menurut pengetahuan umum adalah bersyukur dan berterima kasih kepada Allah, lega, senang dan menyebut nikmat yang diberikan kepadanya, dimana rasa senang dan lega itu terwujud pada lisan, hati maupun perbuatan.

Orang beragama selalu dituntun untuk belajar mengungkapkan rasa   terima kasih kepada Tuhan. Logikanya bagaimana? Kita diperintahkan untuk menyadari bahwa yang berhak dipuji atas keberhasilan atau kebaikan kita di pekerjaan atau profesi bukan kita, melainkan Tuhan. Atas seizin Tuhanlah kita akhirnya mendapatkan kebaikan atau prestasi. Tanpa kebaikanNya, upaya kita bisa jadi tidak sebagus ini. Ini sekaligus penegasan bahwa kita dilarang berpikir bahwa semua prestasi yang kita peroleh itu sama sekali tidak ada keterlibatan Tuhannya dengan ucapan dan hati. Bentuknya antara lain, kita berkesimpulan di dalam hati bahwa hari ini sudah banyak kebaikan atau nikmat Tuhan yang kita peroleh. Orang yang bersyukur dengan hatinya terkadang mampu mensyukuri hal-hal buruk yang menimpanya, misalnya mengalami kecelakaan ataupun sakit. Tentu maksudnya bukan mensyukuri sakit-nya, melainkan mampu menciptakan kondisi batin yang bersyukur atau mampu mengeluarkan energi positif dalam merespon kejadian yang negatif menurut kita. Ini misalnya dengan meyakini bahwa seandainya tanpa kebaikan Tuhan, mungkin yang terjadi bisa lebih buruk atau meyakini ada kebaikan di balik keburukan yang kita lihat. Bisa juga dimasukkan di sini kemampuan melihat blessing (berkah) di balik disguise (musibah). Terakhir adalah mensyukuri dengan ucapan, hati, dan tindakan.

Kita selalu memperoleh apa yang kita ciptakan karena pikiran kita kreatif dan kita mempunyai otoritas penuh untuk membuat realitas apapun yang kita pilih. Berdoa, dalam semangat kreatifitas, adalah pernyataan rasa syukur bahwa kita sudah memiliki semua yang kita perlukan. Bukan merupakan pernyataan kekurangan. Berpikir dari dimensi kekurangan akan membuat diri kita selalu merasa kurang, sebanyak apapun uang yang kita miliki tetap saja tidak cukup untuk membuat kita bahagia.

Kalau melihat “teorinya” Tuhan, ternyata bersyukur itu adalah solusi internal untuk menghadapi keadaan yang ideal atau yang tidak ideal sama sekali. Solusi internal ini penting. Menurut hukum daya tarik (the law of attraction) yang bekerja secara gaib di dunia ini, sebelum kita mendapatkan solusi eksternal, kita harus menciptakan solusi internal dulu. Artinya, walaupun kita saat ini berada di tengah lingkungan pekerjaan yang menurut kita sama sekali tidak ideal, tetapi kalau kita berhasil menciptakan kondisi batin yang bersyukur, maka kita akan pasti mendapatkan pekerjaan atau profesi yang ideal menurut kita atau ideal menurut keadaan kita. Tentu bentuk kesyukurannya bukan sebatas lisan, melainkan menggunakan pekerjaan hari ini sebagai resource atau aset untuk perbaikan diri dengan cara yang benar. Gunakan pekerjaan untuk meningkatkan kompetensi teknis, kemampuan mental, memperluas networking, serta mengembangkan potensi diri.

Alam kehidupan manusia, ungkapan syukur seringkali disalahartikan sebagai hal yang harus dirayakan dengan menghabiskan banyak uang. Berpengucapan syukur dalam konteks ekonomi sering kali mengalami pergeseran nilai menjadi pemborosan.  Padahal, makna dan hakekat yang terkandung di dalamnya adalah, perwujudan hakekat iman, harap dan kasih kepada Tuhan dan sesama manusia. Jadi pengucapan syukur memiliki makna kuat, yaitu  menyangkut pengakuan kita tentang keagungan Maha Kuasa dan perbaikan Allah dalam kehidupan manusia, terutama tentang anugerah kehidupan. “Dan yang terpenting dari pengucapan syukur adalah menyangkut pengakuan, perubahan dan pembaharuan hidup yang berorientasi kepada Tuhan. Pengucapan syukur sekiranya menghindari sifat pesta-pora, karena itu sama artinya dengan melupakan pelayanan untuk kemuliaan nama Tuhan. Berpengucapan syukur harus dilandasi suasana pesta iman. Artinya, harus ada pengakuan dosa, pengakuan iman, memberi korban syukur/berdiakonia, melunasi pajak, menjaga dan memelihara, dan bukannya pada ‘tradisi’ pesta-pora yang kerap diikuti aksi minum minuman beralkohol.

Mensyukuri bahwa uang selalu cukup dan sukses telah kita miliki pada saat ini akan melepaskan kita dari rasa kekurangan. Disini kita menciptakan realitas baru dan secara sadar akan menimbulkan pemikiran-pemikiran kreatif dengan sendirinya. Dari situ kita mengambil pilihan-pilihan terbaik untuk membuat hidup (make a life), bukan menyambung hidup (make a living). Bersyukur membebaskan Anda dari ketergantungan terhadap hasil akhir (outcome). Anda  tidak bisa terbebas dari suatu kondisi secara permanen kecuali Anda menghargai setiap momen yang terjadi disana. Seburuk apapun suatu kondisi, selalu ada berkah yang bisa kita ambil. Berkah ini adalah hadiah (gift) dari yang Maha Kuasa. Bersyukur adalah tindakan sadar untuk mengambil hadiah itu dan dari situ Anda memperoleh pembelajaran untuk masa depan yang lebih baik.


Posting Komentar

0 Komentar