Looking For Anything Specific?

Header Ads

10 RESEP SUKSES BANGSA INDONESIA (Berkaca dari negara Jepang)



Sejak proklamasi telah dikumandangkan oleh pak Karno, kemerdekaan Indonesia telah terwujud dalam kehidupan bangsa kita hingga saat ini. 64 tahun sudah kita hidup dalam Negara yang berdaulat, walaupun tidak jarang muncul berbagai problematika yang kian hari terasa semakin sulit, bahkan hampir melemahkan bangsa dan negara kita. Segala permasalahan rupanya tidak sedikit yang telah merusak kepercayaan diri kita sebagai bangsa, hingga akhirnya segala hal yang kita butuhkan harus kita datangkan dari luar. Namun apakah setiap waktu kita harus selalu berpangku tangan seperti ini? Apakah kita harus kehilangan banyak uang hanya untuk membuat Negara lain menjadi lebih kaya?

Fenomena ini tentunya berbeda dengan kehidupan yang ada di Negara Jepang. Setelah Hiroshima dan Nagasaki luluh lantah terkena bom atom sekutu (Amerika), Jepang pelan tapi pasti berhasil bangkit. Mau tidak mau harus diakui saat ini Jepang bersama China dan Korea Selatan sudah menjelma menjadi macan Asia dalam bidang teknologi dan ekonomi.  Sebagai bangsa yang dapat berpikir positif, kita sebenarnya bisa dan mampu memegang kendali terhadap negara kita sendiri, seperti yang telah dilakukan oleh jepang. Di bawah ini ada beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk lebih mengembangkan Negara kita dengan pencapaian sukses diri yang luar biasa :

1. KERJA KERAS
Sudah menjadi rahasia umum bahwa bangsa Jepang adalah pekerja keras. Rata-rata jam kerja pegawai di Jepang adalah 2450 jam/tahun, sangat tinggi dibandingkan dengan Amerika (1957 jam/tahun), Inggris (1911 jam/tahun), Jerman (1870 jam/tahun), dan Perancis (1680 jam/tahun). Seorang pegawai di Jepang bisa menghasilkan sebuah mobil dalam 9 hari, sedangkan pegawai di negara lain memerlukan 47 hari untuk membuat mobil yang bernilai sama. Seorang pekerja Jepang boleh dikatakan bisa melakukan pekerjaan yang biasanya dikerjakan oleh 5-6 orang. Pulang cepat adalah sesuatu yang boleh dikatakan “agak memalukan” di Jepang, dan menandakan bahwa pegawai tersebut termasuk “yang tidak dibutuhkan” oleh perusahaan.
Bisakah kita meniru jepang? Jawabannya pasti bisa. Jepang kaya sedangkan Indonesia masih miskin, namun kita dapat merubahnya. Semua penyebabnya harus kita ketahui sejak dini, dan kunci utama dari kesuksesan mereka hanyalah dengan “kerja keras”. Jangan menghitung waktu, jangan berpangku tangan dan jangan cepat berpuas diri terhadap hasil yang telah kita raih. Karena apapun yang telah kita dapat, yakinlah bahwa masih ada kesuksesan yang jauh lebih tinggi dari itu yang suatu saat dapat kita raih jika kita mau bekerja keras. 

2. DISIPLIN
Bagaimana bangsa Jepang secara otomatis langsung membentuk antrian dalam setiap keadaan yang membutuhkan, pembelian ticket kereta, masuk ke stadion untuk nonton sepak bola, di halte bus, bahkan untuk memakai toilet umum di stasiun-stasiun, mereka berjajar rapi menunggu giliran. Mereka malu terhadap lingkungannya apabila mereka melanggar peraturan ataupun norma yang sudah menjadi kesepakatan umum.
Itulah yang harus dicontoh oleh bangsa kita agar segala aktifitas hidup yang ada didalamnya menjadi lebih tertata rapih dan sistematis. Kedisiplinan adalah satu hal yang tidak boleh kita sepelekan, karena hal ini akan menjadi cerminan kepribadian bangsa kita di mata bangsa-bangsa yang lain. Dimulai dari sikap disiplin, kita akan membawa jauh bangsa kita menjadi pribadi yang tertib, segala aktifitas akan lebih lancar, dan dapat menguntungkan setiap orang yang akan terlibat dalam aktifitas yang sama. 

3. HIDUP HEMAT
Orang Jepang memiliki semangat hidup hemat dalam keseharian. Sikap anti konsumerisme berlebihan ini nampak dalam berbagai bidang kehidupan. Para ibu rumah tangga rela naik sepeda menuju toko sayur agak jauh dari rumah, hanya karena lebih murah 20 atau 30 yen. Banyak keluarga Jepang yang tidak memiliki mobil, bukan karena tidak mampu, tapi karena lebih hemat menggunakan bus dan kereta untuk bepergian. Professor Jepang juga terbiasa naik sepeda tua ke kampus, bareng dengan mahasiswa-mahasiswanya.
Potret hidup mereka tentunya dapat kita teladani agar dapat mencapai kesuksesan. Bukan pelit, namun ngirit (berhemat). Sikap konsumtif bangsa kita ternyata telah menjerumuskan Negara kita dalam jurang yang sangat dalam. Bagaimana tidak, sikap buruk bangsa kita ini telah dijadikan umpan bagi Negara lain dalam mengais uang. Mereka paham betul bahwa bangsa kita selalu berminat terhadap segala produk baru, bukan karena butuh, namun hanya untuk menjaga gengsi dan meningkatkan martabat diri. Inilah hal buruk yang seharusnya kita musnahkan dari kehidupan ini. Belajarlah untuk hidup hemat, karena dengan berhemat, kita akan dapat memenuhi segala kebutuhan primer, sekunder dan tersier, serta mencapai kekayaan seperti yang kita harapkan. 

4. LOYALITAS
Loyalitas membuat sistem karir di sebuah perusahaan berjalan dan tertata dengan rapi. Sedikit berbeda dengan sistem di Amerika dan Eropa, sangat jarang orang Jepang yang berpindah-pindah pekerjaan. Mereka biasanya bertahan di satu atau dua perusahaan sampai pensiun. Kota Hofu mungkin sebuah contoh nyata. Hofu dulunya adalah kota industri yang sangat tertinggal dengan penduduk yang terlalu padat. Loyalitas penduduk untuk tetap bertahan (tidak pergi ke luar kota) dan punya komitmen bersama untuk bekerja keras siang dan malam akhirnya mengubah Hofu menjadi kota makmur dan modern. Bahkan saat ini kota industri terbaik dengan produksi kendaraan mencapai 160.000 per tahun.
Tapi bagaimana yang terjadi di Negara kita? Masyarakat Indonesia rupanya hoby untuk berpindah-pindah kerja dengan alasan ingin menambah pengalaman yang lebih banyak. Memang benar, semakin sering kita masuk dalam dunia baru, semakin banyak pula pengalaman yang akan kita kecap. Namun ini bukanlah solusi jitu untuk mencapai kesuksesan. Kita justru akan mencapai kesuksesan disaat kita dapat loyal terhadap suatu  perusahaan, dapat mengembangkannya dari waktu ke waktu, dan tidak menutup kemungkinan kita akan menjadi pengendali utama terhadap perusahaan tersebut. Berusahalah untuk selalu loyal dan meningkatkan kemampuan diri, karena ini adalah kunci penting bagi keberhasilan karir kita. 

5. INOVASI
Jepang bukan bangsa penemu, tapi orang Jepang mempunyai kelebihan dalam meracik temuan orang dan kemudian memasarkannya dalam bentuk yang diminati oleh masyarakat. Teknik perakitan kendaraan roda empat bukan diciptakan orang Jepang, patennya dimiliki orang Amerika. Tapi ternyata Jepang dengan inovasinya bisa mengembangkan industri perakitan kendaraan yang lebih cepat dan murah. Mobil yang dihasilkan juga relatif lebih murah, ringan, mudah dikendarai, mudah dirawat dan lebih hemat bahan bakar.
Kelebihan Negara jepang tentunya bisa kita tiru untuk menciptakan segala hal dan produk baru. Jika kita tidak bisa menciptakan, kita bisa mempercantik suatu produk yang sudah ada agar dapat laku di pasar dunia. Target jangka panjang juga harus kita pikirkan dari awal agar segala program yang telah direncanakan dapat berjalan dengan lancar. Inovasi yang dilakukan terus-menerus akan membawa keuntungan yang luar biasa, dan apabila kita dapat mengaplikasikannya di Negara ini, niscaya masa depan bangsa kita akan jauh lebih baik dari sebelumnya. 

6. PANTANG MENYERAH
Sejarah membuktikan bahwa Jepang termasuk bangsa yang tahan banting dan pantang menyerah. Puluhan tahun dibawah kekaisaran Tokugawa yang menutup semua akses ke luar negeri, Jepang sangat tertinggal dalam teknologi. Ketika restorasi Meiji (meiji ishin) datang, bangsa Jepang cepat beradaptasi dan menjadi fast-learner. Kemiskinan sumber daya alam juga tidak membuat Jepang menyerah. Tidak hanya menjadi pengimpor minyak bumi, batubara, biji besi dan kayu, bahkan 85% sumber energi Jepang berasal dari negara lain termasuk Indonesia. Kabarnya kalau Indonesia menghentikan pasokan minyak bumi, maka 30% wilayah Jepang akan gelap gulita. Rentetan bencana terjadi di tahun 1945, dimulai dari bom atom di Hiroshima dan Nagasaki, disusul dengan kalah perangnya Jepang, dan ditambahi dengan adanya gempa bumi besar di Tokyo. Ternyata Jepang tidak habis. Dalam beberapa tahun berikutnya Jepang sudah berhasil membangun industri otomotif dan bahkan juga kereta cepat (shinkansen).
Sikap pantang menyerah ini pula yang seharusnya kita miliki sebagai bangsa yang bebas dan merdeka. Namun pada kenyataannya, sering kita lihat fenomena tidak menyenangkan disaat orang putus asa. Gantung diri hanya karena tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup keluarga, ataupun jual anak hanya untuk memenuh kebutuhan pribadi. Sikap ini tentunya tidak akan menyelesaikan masalah, namun justru akan memperburuk keadaan. Kita akan dapat sukses jika kita menyadari bahwa ‘kita pasti bisa’. Setelah itu, kita harus berusaha keras dan pantang menyerah untuk dapat mencapai kepuasan pribadi, seperti yang kita harapkan. Kita dapat meneladani sikap pantang menyerah oleh para pahlawan bangsa yang telah berjuang dan pantang menyerah alam meraih kemerdekaan Indonesia. Dan hasilnya, kita dapat menikmatinya saat ini.

7. BUDAYA BACA
Jangan kaget kalau anda datang ke Jepang dan masuk ke densha (kereta listrik), sebagian besar penumpangnya baik anak-anak maupun dewasa sedang membaca buku atau koran. Tidak peduli duduk atau berdiri, banyak yang memanfaatkan waktu di densha untuk membaca. Banyak penerbit yang mulai membuat man-ga (komik bergambar) untuk materi-materi  kurikulum sekolah baik SD, SMP maupun SMA. Pelajaran Sejarah, Biologi, Bahasa, dsb disajikan dengan menarik yang membuat minat baca masyarakat semakin tinggi.
Namun masalah ini rupanya yang sampai sekarang masih menjadi masalah mental bangsa kita. Salah satu problem dari dunia pendidikan kita adalah rasa malas kita untuk belajar, khususnya membaca. Banyak sudah usaha yang dilakukan yang dilakukan oleh pemerintah untuk mendorong minat baca masyarakat, namun hingga sekarang belum ada kemajuan yang berarti dari masyarakat kita untuk mau membaca. Banyak faktor yang mungkin masih belum terlihat dengan jelas untuk menumbuhkan budaya baca dalam masyarakat kita, yaitu isi dan bentuk buku yang menarik. Utama untuk anak kecil, format penulisan buku tentunya dibuat yang berbeda dari biasanya untuk menarik minat baca generasi muda mendatang. Jangan sampai hal ini kita remehkan, karena bagaimanapun buku adalah jendela dunia yang akan dapat membawa kita ke segala tempat yang kita inginkan, tentunya dengan cara praktis, ide menarik, serta lebih efektif dan efisien. 

8. KERJASAMA KELOMPOK
Budaya di Jepang tidak terlalu mengakomodasi kerja-kerja yang terlalu bersifat individualistik. Termasuk klaim hasil pekerjaan, biasanya ditujukan untuk tim atau kelompok tersebut. Fenomena ini tidak hanya di dunia kerja, kondisi kampus dengan lab penelitiannya juga seperti itu, mengerjakan tugas mata kuliah biasanya juga dalam bentuk kelompok. Kerja dalam kelompok mungkin salah satu kekuatan terbesar orang Jepang. Ada anekdot bahwa “1 orang professor Jepang akan kalah dengan satu orang professor Amerika, hanya 10 orang professor Amerika tidak akan bisa mengalahkan 10 orang professor Jepang yang berkelompok
Inilah gambaran sukses yang dapat kita teladani. Kerjasama kelompok ibarat menggalang dan menyatukan banyak kekuatan untuk menghadapi masalah dan menyelesaikan segala pekerjaaan yang ada. Namun apa yang terjadi di Negara kita ternyata sangat berbeda dengan kebiasaan yang dilakukan oleh orang-orang Jepang. Masyarakat Indonesia sangat sulit untuk bekerjasama, bahkan mereka cenderung saling mengungguli dan bersaing secara tidak sehat. Inilah fenomena buruk yang harus kita ubah, kita harus dapat membedakan mana yang harus kita selesaikan sendiri dan mana yang harus dilakukan secara bersama-sama. Karena dengan bekerjasama, beban  pekerjaan akan semakin ringan dan kesalahan yang terjadi akan dapat ditekan sehingga perubahan demi perubahan akan terus dilaksanakan untuk meraih hasil yang kita harapkan.

9. MANDIRI
Sejak usia dini anak-anak dilatih untuk mandiri Di Yochien setiap anak dilatih untuk membawa perlengkapan sendiri, dan bertanggung jawab terhadap barang miliknya sendiri. Lepas SMA dan masuk bangku kuliah hampir sebagian besar tidak meminta biaya kepada orang tua. Mereka mengandalkan kerja part time untuk biaya sekolah dan kehidupan sehari-hari. Kalaupun kehabisan uang, mereka “meminjam” uang ke orang tua yang itu nanti mereka kembalikan di bulan berikutnya.
Sungguh hal yang luar biasa jika kita dapat melakukan hal yang sama seperti cerita tersebut. Mandiri, inilah yang menjadi kunci sukses selanjutnya bagi bangsa Jepang. Apakah Indonesia telah melaksanakannya? Saya rasa belum. Negara kita saja masih berpangku tangan terhadap negara lain, apalagi masyarakatnya. Terbukti bahwa biaya beberapa proyek besar yang kita bangun adalah pinjaman dari Negara lain sehingga hal itu tentunya akan lebih menambah hutang-hutang Negara kita. Oleh karenanya, sedini mungkin kita seyogyanya dapat menepis hal tersebut dengan mulai berdiri tegak tanpa harus berpangku tangan hingga kita menjadi Negara yang kuat, maju, dan mandiri. 

10. JAGA TRADISI
Perkembangan teknologi dan ekonomi, tidak membuat bangsa Jepang kehilangan tradisi dan budayanya. Budaya perempuan yang sudah menikah untuk tidak bekerja masih ada dan hidup sampai saat ini. Budaya minta maaf masih menjadi reflek orang Jepang. Kalau suatu hari anda naik sepeda di Jepang dan menabrak pejalan kaki, maka jangan kaget kalau yang kita tabrak malah yang minta maaf duluan. Sampai saat ini orang Jepang relatif menghindari berkata “tidak” untuk apabila mendapat tawaran dari orang lain. Jadi kita harus hati-hati dalam pergaulan dengan orang Jepang karena ”hai” belum tentu “ya” bagi orang Jepang. Pertanian merupakan tradisi leluhur dan aset penting di Jepang. Persaingan keras karena masuknya beras Thailand dan Amerika yang murah, tidak menyurutkan langkah pemerintah Jepang untuk melindungi para petaninya. Kabarnya tanah yang dijadikan lahan pertanian mendapatkan pengurangan pajak yang signifikan, termasuk beberapa insentif lain untuk orang-orang yang masih bertahan di dunia pertanian. Pertanian Jepang merupakan salah satu yang tertinggi di dunia.
Begitu pula yang harus kita lakukan, yaitu menjaga tradisi dan warisan bangsa Indonesia. Tapi, apa yang sekarang sedang marak terjadi? Dimana pun kita berada pasti pernah mendengar berita kekecewaan bangsa kita akibat warisan orisinil milik bangsa yang telah dicuri oleh Negara lain. Berita klaim Malaysia atas budaya kita, seperti tari pendhet Bali dan wayang jawa telah sangat menusuk hati kita, bayangkan saja budaya tersebut dijadikan Malaysia sebagai iklan visualisasi “Visit Malaysia” yang tentunya telah diketahui pula oleh khalayak ramai (termasuk negara lain). Padahal sebelumnya juga telah terjadi permasalahan yang serupa atas klaim Malaysia pula terhadap tradisi budaya “Reog Ponorogo” yang mereka patenkan sebagai budaya bangsa mereka. Sungguh hal yang patut kita sadari, bahwa segala hal yang kita miliki haruslah kita lestarikan dan kita jaga sebaik mungkin. Semua yang terjadi sebenarnya bukan tanpa sebab. Negara kita sendiri seharusnya dengan bangga memamerkan berbagai budaya ini kepada khalayak ramai sejak dulu. Namun faktanya? Kita justru enggan melestarikan budaya bangsa, dan ketika diambil alih oleh negara lain, kita baru menyadari bahwa budaya tersebut sangat besar pengaruhnya dan tidak patut untuk kita lupakan. Oleh karenanya, mulai sekarang kita harus dapat menjaga warisan bangsa karena itu akan dapat membanggakan kita sebagai bangsa Indonesia, bahkan apabila kita dapat mengelolanya sebaik mungkin, hal itu akan menjadi aset bangsa yang sangat menghasilkan dan menambah pendapatan per kapita Negara kita. Pada akhirnya, kita akan dapat meraih kesuksesan bangsa kita, bukan hanya dari segi material, namun juga sukses dalam melestarikan budaya warisan bangsa.

Mungkin itulah 10 resep sukses yang bisa saya rangkumkan. Bangsa Indonesia punya hampir semua resep orang Jepang diatas, hanya mungkin kita belum mengasahnya dengan baik. Di Jepang mahasiswa Indonesia termasuk yang unggul dan bahkan mengalahkan mahasiswa Jepang. Orang Indonesia juga memenangkan berbagai award berlevel internasional. Saya yakin ada faktor “non-teknis” yang membuat Indonesia agak terpuruk dalam teknologi dan ekonomi. Mari kita bersama mencari solusi untuk berbagai permasalahan republik ini. Dan terakhir kita harus tetap mau belajar dan menerima kebaikan dari siapapun juga.

Dari Berbagai Sumber



Posting Komentar

0 Komentar